Perkembangan Agribisnis Teh Perkebunan Rakyat Pasca Pandemi Covid-19 di Kabupaten Solok

Tea Agribusiness Development Pasca the Covid-19 Pandemic in Solok Regency

Authors

  • Uci Sarly Riani Universitas Andalas

DOI:

https://doi.org/10.30605/perbal.v11i1.2269

Keywords:

teh, covid-19, agribisnis

Abstract

Provinsi Sumatera Barat menduduki peringkat ketiga dengan jumlah produksi teh terbanyak di Indonesia. Kabupaten Solok merupakan satu-satunya perkebunan teh dengan status perkebunan rakyat di Sumatera Barat. Namun, hasil produksi teh nasional cenderung menurun beberapa tahun terakhir dan diperkeruh dengan pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia mulai bulan Maret 2020 lalu yang berdampak pada sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran agribisnis teh perkebunan rakyat di Kabupaten Solok serta untuk mengetahui perkembangan abribisnis teh perkebunan rakyat pasca pandemi Covid-19 di Kabupaten Solok. Petani teh rakyat dan informan kunci seperti penyuluh lapangan dan ketua kelompok tani adalah responden terpilih dalam survei. Hasil penelitian menunjukan bahwa subsistem pengadaan input produksi mendukung berjalannya subsistem produksi/budidaya dimana subsistem produksi/budidaya akan mendukung berjalannya subsistem pemasaran. Subsistem yang memiliki dampak terbesar pasca pandemi Covid-19 ini adalah subsistem produksi/budidaya dan subsistem pemasaran, secara statistik peurunan produksi teh perkebunan rakyat paling rendah di Kabupaten Solok tahun 2020, kemudian mulai mengalami kenaikan pada tahun 2021. Pemutusan kemitraan terhadap petani merupakan salah satu dampak yang terjadi pada subsistem pemasaran pasca pandemi  Covid-19.

West Sumatra Province is ranked third with the highest production in Indonesia. Solok Regency is the only tea plantation with community plantation status in West Sumatra. However, national production results have declined in recent years and continue to be exacerbated by the Covid-19 pandemic, which attacked Indonesia starting in March 2020 and has impacted the agricultural sector, especially the plantation sub-sector. This study aims to describe smallholder plantation agribusiness in Solok Regency and the development of smallholder plantations after the Covid-19 pandemic in Solok Regency. Smallholder tea farmers and key informants such as field extension workers and heads of farmer groups were the selected respondents in the survey. The study results show that the production input procurement subsystem supports the running of the production/cultivation subsystem. In contrast, the production/cultivation subsystem will support the running of the marketing subsystem. The production/cultivation subsystems that had the most significant impact after the Covid-19 pandemic was the production/cultivation subsystems and the marketing subsystems. Statistically, the production of smallholder tea plantations in Solok Regency decreased to the lowest in 2020, then began to increase in 2021. The termination of partnerships with farmers was one of one impacts that occurred in the post-Covid-19 marketing subsystem.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Adimulya, V. (2006). Analisis Produksi Teh (Camellia sinensis L. O. Kunte) di Kebun Jolotigo, PTPN IX, Pekalongan, Jawa Tengah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. (2021). [Seri 2010] PDB Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2014-2020. https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/05/06%2000:00:00/826/. Diakses tanggal 05 bulan Juni tahun 2022.

Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik Teh Indonesia. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. (2022). Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020-2022. Jakarta.

Damanik, D. A. (2015). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi teh (Studi Kasus: PTPN IV Bahbutong, Kec. Sidamanik, Kab. Simalungun Sumatera Utara). Jurnal Fekon. Vol. 2(2): 1–15.

Hardiyanti, F. (2011). Analisis Efisiensi Teknis Faktor Produksi Tanaman Teh (Camellia sinensis) di Afdeling Wonosari PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Wonosari Kabupaten Malang. Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang.

Karmini. (2020). Dasar-Dasar Agribisnis. Mulawarman University Press. Samarinda.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 50/permentan/OT.140/4/2014 Tentang Pedoman Teknis Budidaya Teh Yang Baik (Good Agriculture Practices/GAP on Tea). https://peraturan.bpk.go.id/ diakses pada tanggal 9 bulan Desember tahun 2022.

Maurizky, D., dan Ernah. (2022). Perkembangan agribisnis teh selama pandemi covid-19 di PTPN VIII Kebun Kertamanah, Pangalengan, Jawa Barat. JSEP. Volume 18 No. 1. DOI: https://doi.org/10.20956/jsep.v18i1.15280

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung

Sulaiman, A. A., Sam, H., Agung, H., Erizal, J., Abi, P., Agung, P., Lilik, T. M., Uning, B., Syahyudi., dan Hoerudin. (2018). Revolusi Mekanisasi Pertanian (II). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. IAARD Press. Jakarta.

Suprihatini, R,, Valentina, S., Agustin, S., dan Doni, S., A. D. Mawardi. (2021). Prioritas kebijakan komoditas teh untuk penyelamatan perkebunan teh nasional. RADAR de’plantation. Volume 2. 02 Februari 2021. Bogor.

Tedjaningsih, T., Suyudi., H. Nuryaman. (2018). Peran kelembagaan dalam pengembangan agribisnis mendong. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Volume 4(2): 210-226. DOI: https://doi.org/10.25157/ma.v4i2.898

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014. (2014). Tentang Perkebunan. Undang-Undang, 1: 1–50.

Yunitasari, L. (2010). Quality Control Pengolahan Teh Hitam di Unit Perkebunan Tambi, PT. Perkebunan Tambi Wonosobo. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Downloads

Published

2023-02-15